Berawal dari kebutuhan manusia beradaptasi dengan suhu, cuaca, ataupun iklim lingkungannya, makhluk berambut agak tipis ini memutar otaknya agar tidak kedinginan sehingga mereka mendaurulang kulit binatang hasil buruan.
Walaupun cara tersebut memang tak bisa dibilang canggih, tapi setidaknya bisa dibilang cerdas karena pada masa tersebut penyembuhan masuk angin dengan teknik ‘kerokan’ belum ditemukan.
Jenis-jenis kain kini berkembang atas nama fashion dan inovasi. Apalagi sejak adanya revolusi industri yang memungkinkan kita untuk memproduksi kain secara massal. Jenis-jenis ini dibedakan dari bahan baku maupun teknik tekstil.
Yang Membuat Jenis Kain Berbeda
Kita mungkin akan bertanya kenapa jenis kain harus berbeda. Bukankah lebih mudah jika cuma ada satu jenis kain dan mencakup semua fitur yang dibutuhkan oleh sang pemakai.
Agak susah sebenarnya untuk menjawab pertanyaan tersebut karena dunia industri tidak sesimpel seperti yang kita kira apalagi jika sudah mencakup dunia fashion. Sebelumnya mari kita pahami dulu apa yang membuat jenis-jenis kain berbeda satu sama lain.
Pada dasarnya, hal yang membuat perbedaan jenis kain adalah bahan untuk membuat serat benang. Ada dua kategori pemilihan bahan kain yaitu bahan alami yang dipanen dari hewan maupun tumbuhan dan bahan sintetis yang tercipta dari tangan dan otak manusia.
Kain Berbahan Alami
Yang dimaksud kain berbahan alami di sini adalah kain yang bahan utamanya diambil dari serat yang mengandung protein. Serat berprotein ini bisa diperoleh dari tumbuhan ataupun hewan.
Katun
Kain katun berasal dari serat kapas sesuai dari asal etimologis katanya ‘cotton’ yang tentu saja berarti kapas. Bahan katun yang menyerap keringat dan tidak membuat tubuh pemakainya merasa panas meskipun pemakainya sedang dibakar api cemburu. Hal ini menjadikan bahan katun sebagai bahan favorit orang-orang di negara tropis. Kain katun digolongkan menjadi dua yaitu combed dan carded.
Combed diproses dengan menyortir serat-serat kapas yang pendek. Hal ini membuat combed terasa halus dan agak lentur jika ditarik. Combed dapat dibagi lagi menurut tingkat gramasenya atau ketebalannya yaitu 20s – 30s. Semakin besar angka sebelum huruf ‘s’ menunjukkan bahwa combed tersebut semakin tipis dan menerawang.
Carded diproses dengan menggunakan serat kapas yang lebih pendek dari combed. Kain ini memang tidak sehalus combed dan tingkat resapan air tidak setinggi combed. Akan tetapi, hal ini justru membuat carded tak serapuh combed jika direndam lama dalam deterjen.
Wool
Kain terbuat dari rambut (bukan bulu) domba. Karakter yang paling utama dari kain jenis ini adalah bersifat menghangatkan. Oleh karena itu, kain ini sering dipakai oleh bangsa eropa karena iklim di sana memang dingin.
Kain ini sering dijadikan bahan untuk jas, sweater, atau syal. Wool juga sering dipakai sebagai bahan rajutan karena sifatnya yang lembut. Kekurangannya adalah kain ini susah untuk diberi warna.
Linen
Linen terbuat dari serat tanaman yang disebut dengan ‘flax‘. Linen memiliki sejarah yang panjang sepanjang sejarah dunia fashion. Linen sering digunakan dalam produk apparel seperti kemeja dan dress untuk wanita.
Linen juga sering dipakai untuk bed cover. Bahan ini memiliki karakter yang tidak mudah melar, kuat, dan tahan lama. Linen juga dapat berfungsi sebagai insulator tubuh. Ini berarti linen terasa dingin jika suhu udara panas dan terasa hangat jika suhu udara dingin.
Kain Berbahan Sintetis
Yang dimaksud kain berbahan sintetis di sini adalah kain yang dibuat dari serat hasil rekayasa kimia manusia. Di antara kain sintetis ini, memang ada beberapa kain yang tidak seratus persen murni hasil dari rekayasa manusia. Kain semi-sintetis ini berasal dari serat hewan atau tumbuhan yang dimodifikasi untuk menambah fitur-fitur tertentu.
Polyester
Polyester berasal dari bahan sintetis yang disebut polyethylene terephthalate (PET). Penyebutan nama bahan yang susah itu berbanding terbalik dengan karakter polyester yang mudah untuk diwarnai. Bahan ini juga sering dikombinasikan dengan bahan katun karena polyester mengisi kekurangan sifat bahan katun.
Polyester tidak mudah molor seperti persepsi waktu orang Indonesia kebanyakan. Polyester juga memiliki berat yang ringan, tidak mudah menyusut, dan warnanya tidak mudah pudar jika dijemur lama.
Nylon
Nylon juga termasuk dalam kategori bahan sintetis. Tidak sedikit yang menyebut nylon sebagai sutra KW3 karena memang nylon diciptakan untuk menjiplak sutra atau silk. Kelebihan bahan ini terletak pada beratnya yang ringan tapi kuat. Nylon harganya murah sehingga tidak membuat kantong jadi setipis kainnya.
Nylon juga tidak mudah berjamur. Akan tetapi, kain ini tidak ramah lingkungan karena campuran bahan yang digunakan. Nylon juga terasa tidak nyaman di kulit.
Rayon
Sebenarnya, rayon termasuk dalam golongan semi-sintetis. Bahan dasar dari kain jenis ini adalah serat kayu atau tanaman lain yang kemudian diproses dengan bahan kimia yang lain. Karakter dari jenis kain ini adalah sangat nyaman dipakai di tubuh.
Kain ini memiliki tekstur yang sangat halus dan lentur. Kain rayon juga begitu mudah menyerap keringat bahkan daya serapnya melebihi kain katun. Yang menjadi kelemahan kain ini adalah kekuatannya. Rayon sangat mudah melar atau menyusut pada saat basah. Untuk itu kita harus memberikan perhatian ekstra dalam mencuci dan merawat kain jenis ini.
Itulah beberapa jenis kain dasar yang umum dijual di pasaran. Sebenarnya masih banyak lagi jenis kain yang belum dibahas. Jenis-jenis kain tersebut sering dikombinasikan satu sama lain sehingga membentuk jenis kain baru seperti minuman yang diracik oleh bartender yang memiliki nama berbeda tergantung dari bahan yang digunakan.