Pernahkah kita membayangkan jika kaos, sweatshirt, atau jaket yang kita dan orang lain kenakan semuanya polos tanpa ada gambar atau tulisan sedikitpun? Tentu saja terasa sangat membosankan. Tinta yang membentuk gambar atau tulisan yang tertempel dari kain tidak lepas dari yang namanya screen printing atau yang sering disebut dengan cetak sablon.
Walaupun kemajuan teknologi telah menemukan teknik mencetak di atas kain dengan mesin digital, tapi cetak sablon masih tetap digunakan hingga sekarang. Lalu apa yang menyebabkan teknik yang tua-tua keladi ini masih bertahan?
Sebelum mata kita bengkak gara-gara kurang tidur memikirkan jawaban atas pertanyaan tersebut, yuk kita pahami dulu apa dan bagaimana teknik cetak sablon itu.
Apa yang disebut dengan sablon
Pada dasarnya, teknik cetak sablon mirip dengan stencil, teknik mengecat dengan menggunakan lapisan yang berlubang. Lubang ini berfungsi agar cat bisa menembus dan mengenai permukaan media yang ingin kita cat. Teknik ini membuat kita tidak perlu menggambar ulang setiap kita akan mengecat dengan gambar yang sama.
Walaupun teknik ini menghemat waktu serta effort, mencetak dengan stencil memiliki kelemahan. Kita akan kesulitan untuk membuat gambar yang berlubang seperti gambar donat. Kita tidak mungkin membuat bulatan pada lapisan pencetak di tengah lubang tanpa membuat bulatan tersebut terlepas menjadi bagian yang terpisah dari lapisan pencetak.
Biasanya jika ada gambar yang memiliki bentuk seperti itu, pasti bulatan tersebut tampak seperti terpotong seperti pada tulisan huruf “O” yang biasa kita lihat pada tulisan hasil stencil. Masalah tersebut akhirnya terpecahkan setelah ditemukannya teknik cetak sablon.
Mirip dengan stencil, teknik sablon menggunakan lapisan berpori yang disebut silk screen. Sebelum dapat dipakai untuk menyablon, screen ini telah diproses terlebih dahulu. Pori-pori di bagian yang tidak terdapat gambar ditutup oleh cairan kimia sehingga tidak dapat tertembus oleh tinta.
Karena tinta hanya butuh untuk menembus pori, bentuk huruf “O” yang sempurna memungkinkan untuk dicetak tidak seperti dengan menggunakan teknik stencil. Teknik cetak sablon juga memungkinkan kita untuk mencetak gambar dengan degradasi warna.
Film Positif Untuk Sablon
Memang memroses silk screen membutuhkan waktu, tenaga, dan peralatan yang tidak sedikit, apalagi jika warna pada gambar bermacam-macam. Ini berarti banyaknya screen yang akan diproses sama dengan jumlah warna pada gambar yang akan dicetak. Ini mengapa banyak vendor sablon yang mematok kuantitas minimal.
Sebelum memroses silk screen, kita harus terlebih dulu membuat film yang digunakan untuk ‘membakar’ photo-reactive emulsion dengan cahaya. Film ini biasanya terbuat dari plastik transparansi tembus cahaya yang sebelum dicetak tapi bisa diakali dengan kertas kalkir atau kertas HVS yang diminyaki untuk menghemat biaya produksi. Jika gambar desain terdiri lebih dari satu warna, kita memisah gambar sesuai dengan warnanya.
Gambar yang telah dipisah kemudian masing-masing dicetak pada film menggunakan printer. Apapun warna gambar desainnya, hasil yang tercetak di film berwarna hitam. Pada prinsipnya film yang telah dicetak ini berfungsi untuk menghalangi cahaya menembus permukaan screen yang telah teremulsi.
Menerapkan Teknik Fotografi Di Silk Screen
Proses ini sebenarnya mirip dengan teknik cuci cetak foto. Silk screen yang telah teremulsi ditempelkan dengan film yang telah tercetak. Setelah itu, proses pembakaran pun dilakukan dengan menembakkan cahaya ke permukaan screen. Cahaya yang menembus ke permukaan screen tersebut akan membuat cairan emulsi kering dan mengeras serta menutup pori-pori silk screen.
Waktu yang dibutuhkan untuk menembakkan cahaya tentu berbeda-beda tergantung dari intensitas cahaya, lebar pori silk screen, ataupun jenis bahan film yang digunakan. Penggunaan cahaya matahari tentu saja akan mempercepat proses ini. Akan tetapi penggunaan cahaya matahari memiliki resiko yaitu cahaya matahari dapat menembus bagian yang tertutup oleh cetakan film jika terlalu lama.
Setelah bagian yang tertembus cahaya mengeras, bagian yang tidak tertembus cahaya harus segera dibersihkan dengan cara menyemprotkan air. Setelah itu, screen dikeringkan dan siap digunakan untuk proses selanjutnya.
Menembuskan Tinta Lewat Silk Screen
Proses ini dinamakan proses pressing oleh orang Indonesia lebih sering disebut dengan proses ‘gesut’. Pada dasarnya proses ini berfungsi untuk menembuskan tinta lewat silk screen dan mengenai permukaan media yang akan disablon.
Langkah pertama dalam proses ini adalah menuangkan tinta di atas screen. Screen kemudian diletakkan di atas media (kertas atau kain) yang akan disablon. Proses menembuskan tinta dilakukan dengan cara memberi tekanan dengan gerakan menyapu. Alat yang digunakan untuk ‘menyapu’ tinta biasa disebut dengan ‘squeegee’.
Besarnya tekanan yang dilakukan tentu saja berbeda-beda sesuai dengan jenis tinta dan lebar pori silk screen. Jika menggunakan mesin sablon otomatis tentu saja besarnya tekanan dapat kita atur secara akurat. Tekanan tersebut juga sama pada setiap kali pressing.
Ini berbeda dari sablon manual yang tekanannya dikira-kira sendiri oleh sang ‘tukang sablon’. Maka dari itu, sebuah craftsmanship pada proses sablon manual mutlak diperlukan.
Proses pressing atau gesut ini dilakukan berulang-ulang. Setiap warna memerlukan proses pressing minimal satu kali. Pada jenis tinta tertentu, satu warna bahkan dilakukan proses pressing 2-3 kali. Bayangkan saja jika kita menyablon gambar di kaos dengan 4 warna. Ini berarti mengulang proses ini minimal 4 kali untuk setiap potong kaosnya.
Proses Finishing Agar Siap Pakai
Setelah proses pressing selesai, tahap selanjutnya adalah proses pengeringan. Proses ini bertujuan untuk mengeringkan tinta yang menempel di kain. Biasanya, proses ini dilakukan dengan menggunakan alat heat press ataupun conveyor dryer.
Khusus untuk tinta discharge, selain untuk mengeringkan tinta, proses ini juga bertujuan untuk mengangkat warna kain. Pada saat proses pengeringan atau pemanasan ini, warna kain tersebut berubah menjadi uap dan tergantikan dengan tinta sablon.
Itulah pemahaman teknik cetak sablon dengan menjelaskan tahapan proses yang dilakukan. Memang teknik sablon terkesan ribet dan susah bila dibandingkan teknik cetak digital.
Akan tetapi, teknik cetak sablon memiliki hasil yang lebih awet serta membuat kreativitas kita tak terbatas dengan berbagai macam pilihan jenis tintanya. Mungkin inilah yang membuat teknik cetak sablon masih bertahan di tengah pesatnya kemajuan teknologi.